Hai guys kali ini aku bakal berbagi gambar boneka lucu dan imut buat kalian. Yang pasti bikin kalian gemessss....
Jumat, 25 November 2016
Kamis, 17 November 2016
Kumpulan Cerpen
Hai kembali lagi sama saya kinni aku mau berbagi cerpen lagi sama sobat semua
Tangisan Rindu
Aku
duduk sendiri di ruang tamu. Kulihat awan hitam di balik jendela, pertanda
hujan akan segera turun. Aku tak mengalihkan pandanganku dari jendela. Ku amati
titik-titik air hujan mulai turun dan makin deras. Cahaya kilat di langit hitam
menyambar-nyambar, gemuruh suara petir menggetarkan kaca jendela. Pikiranku
melayang jauh ke masa lalu.
4
tahun lalu
Setibaku di sekolah bersama
ibu,temen-teman reguku sudah datang dengan ibu mereka, dan semuanya menggendong
tas ransel seperti aku.
“ Hai Dely kau sudah siap untuk
berkemah? Dan pergi jauh dari ibumu?”sapaku kepada temanku yang paling manja
itu
“Tentu aku tidak rela berpisah
dengan ibuku, tapi aku harus bagaimana lagi aku tidak bisa menolak.”
Aku tertawa melihat mukanya yang
begitu takut itu. Setelah itu ku lihat di sekeliling sekolahku. Sekolahku
begitu riuh-ramai di penuhi murid-murid yang ingin menyaksikan keberangkatan
kami berkemah. Di depan sekolahku juga dipenuhi dengan berbagai macam peralatan
yang di gunakan untuk berkemah kami. Semua sibuk memasukkan barang- barang
merka dan peralatan yang di gunakan untuk berkemah ke dalam mobil, tak
terkecuali aku juga mengemasi barang-barangku ke mobil.setelah semua siap untuk
berangkat Pembina regu kami menyuruh kami untuk berpamitan dengan orang tua kami
masing-masing.
“Aku berangkat ya bu,” ucapku
menahan air mata yang ingin keluar.
“ Iya, Nak hati-hati jaga dirimu
baik-baik di perkemahan.”
‘ Iya, Bu.”
Ibu lalu mencim keningku dan memelukku.
Rasanya berat sekali meninggalkan ibuku.
“Ayo cepat anak-anak segera naik
ke mobil kita akan segera berangkat.”
Suara pembina reguku membuatku
melepas pelukan ibuku dan naik ke mobil. Di atas mobil yang perlahan melaju
menjauhi sekolah. Aku melambaikan tangan pada ibuku sebagai tanda perpisahan
yang terakhir kalinya. Dan tak terasa air mataku menetes dengan sendirinya.
Setelah sampai di perkemahan kami
semua membangun tenda. Kami berkemah selama 3 hari.
Hari pertama sangat melelahkan
dengan di awali dengan olah raga pagi dan di lanjutkan dengan berbagai macam acara
lainnya, kegiatan baru berakhir jam 11 malam.
Hari kedua sama dengan hari
pertama, sama-sama melelehkan tapi ada hal yang tak bisa terlupakan olehku.
“ Siapa yang akan ikut membuat gapura
di siang ini? “ tanya ketua reguku.
“ Aku ingin ikut.” Jawab semua anggota regu secara kompak dan
semangat, tak terkecuali aku.
“Karena semua ingin ikut, baiklah
kita semua akan membuat gapura bersama. Bukankah kalau suatu pekerjaan yang
berat akan menjadi ringan saat di kerjakan bersama?”
”Ayo berangkat !!!” teriak ketua
reguku dengan semangat.
Akhirnya kami membuat gapura
dengan bersama-sama. Walaupun kami kesulitan membuatnya karena gapura yang kami
buat tidak bisa berdiri dengan tegak. Dan harus mengulangi dari awal kami tetap
semangat. Tetapi karena di perkemahan itu sangat panas aku merasa pusing. Dan
aku tidak sadar lagi semua tersa hitam.
“ Gubrakk…”
“ Eh Anjani kenapa? kok
pingsan???? Temanku terlihat sangat cemas.
“ Ayo kita bawa Anjani ke tenda, cepat-cepat!!! Seru ketua regu
kami.
Setelah sampai di tenda
“ Anjani kenapa?? Pembina reguku
terlihat cemas.
“ Dia tiba-tiba saja pingsan bu.”
“ Ya sudah kalian lanjutkan tugas
kalian saja, biar ibu yang akan mengurus Anjani.
Setelah aku tersadar aku tidak
tau kenapa aku ada di tenda.
“ Ibu, kenapa aku ada di tenda?”
“ Iya tadi kamu pingsan, dan
teman-temanmu membawamu kesini.kau tidak usah ikut kegiatan hari ini. Kau
terlihat kurang sehat, kau lebih baik istirahat saja.”
“ Baik bu.”
Akupun mengikuti perintah pembinaku
untuk tidak ikut kegiatan apapun dan
istirahat saja di tenda. Sore ini hujan deras sekali kilat menyambar-nyambar
,suara petir begitu menggelegar di telingaku. Di sertai angin yang sangat kencang.
Teman ku sedang menbuat dragbar di tengah hujan begini. Tiba-tiba suara ambulans
mengagetkan ku.
“ Itu kenapa ada suara ambulans
di sana? “Aku mengintip dari tenda.
“ Ibu juga tidak tahu, ibu akan
ke luar untuk mencari tahu apa yang
terjadi. Kau di sini saja.”
Cuaca disore ini benar-benar
buruk . cuacanya begitu dingin hingga menembus ketulang. listik semua padam,
benar-benar gelap gulita. Aku sangat ketakutan. Aku menangis di tengah hujan
lebat. Aku rindu pada kedua orang tuaku. aku ingin bertemu dengan mereka. Aku
sangat merindukan mereka di saat-saat seperti ini. Tak lama ibu pembinaku
datang.
“ Anjani, ternyata ambualans tadi
membawa siswa dari sini yang mengalami kecelakaan saat membuat dragbar. Tangannya hampir patah. Katanya darahnya
keluar banyak sekali.”
“ Kenapa itu bisa tejadi ibu.”
“ Katanya dia kesal karena dragbarnya
tidak jadi-jadi, dan karena kesal tidak sengaja ia memotong tangannya sendiri.”
Ini hari ketiga,jadi ini hari
terakhirku di sini tapi bayang-bayang kejadian kemarin masih terngiang-ngiang
dikepalaku. Aku keluar dari tenda untuk mandi. Aku sangat terkejut. Semua
gapura di tenda sekolahku dan sekolah lainya semua roboh dan tenda untuk dapur
sekolah kami pun roboh . pasti ini semua terjadi karena kejadian kemarin.
Hari ketiga ini menurutku sangat
menyenangkan karena harini ada kegiatan mencari jejak, dan pada malam harinya
ada kegiatan api unggun dan pentas seni dari masing-masing sekolah.
Setelah itu aku pulang aku benar
–benar merindukan orang tuaku terutama ibuku.
Aku
terkejut saat ibuku menepuk pundak ku dan aku tersadar dari dunia lamunanku itu.
“
Sedang apa kamu sedirian di sini?”
Tampa
menjawab pertanyaannya aku langsung memeluk ibuku dan menangis di pundaknya. Ibuku
terlihat bingung dengan apa yang aku lakukan.
Musuh Dalam Selimut
Ku dengar kicauan burung
bersaut-sautan. Mentari pagi masuk melalui celah-celah jendela, menyilaukan
mataku yang masih terpejam ini. Hari ini
adalah hari pertamaku masuk ke SMA N 1 Nusa Bangsa. Sekolah yang aku
idam-idamkan sejak SMP. Aku segera bergegas mandi, aku tidak ingin datang
terlambat di hari pertama sekolah.
Bela adalah nama panggilanku, Neila
Bela Puspita adalah nama panjangku. Mataku sipit tubuhku tinggi dengan kulit
putih bersih. Mungkin karena itu aku disukai banyak cowo di SMP. Ku tatap
bayanganku di cermin dengan balutan seragam putih abu-abu seragam khas anak
SMA. Aku tersenyum melihat bayangan ku di cermin, tak terasa aku telah tumbuh
dewasa dan sekarang adalah hari pertama
aku masuk SMA.
“ Bu, aku berangkat dulu” sembari
mencium tangan ibuku.
“ Hati- hati di jalan nak.” Ucapnya
lembut walau dia bukan ibu kandungku.
Setibaku di sekolah, aku langsung
menuju ke kelas ku. Aku mencoba berkenalan dengan tema-teman baru sekelasku
yang sudah terlebih dahulu sampai di sekolah.Tiba-tiba pundaku di tepuk oleh
seseorang, sontak aku terkejut dan menengok ke belakang.
“ Ani!!!, kamu sekolah di sini
juga??”
“Iya, dan kita sekelas lagi.”
“ Aku seneng bisa sama kamu lagi.”
Kemudian kami larut dalam obrolan
panjang yang mengasikan. Aku dan Ani adalah teman akrab. Aku maupun Ani sudah
tau sifat kami masing-masing. Karena Ani adalah teman baikku waktu SMP.
Bel tanda istirahat berbunyi.
Tema-temanku berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ke perpus, dan ada
juga yang ke toilet.
“ An, aku mau ke perpus ikut
enggak?”
“ Enggak ah, aku mau ke kantin,
laper banget soalnya.”
“Oh, ya udah aku sendirian aja.”
Setelah sampai di depan perpus
karena aku terburu-buru, aku menabrak seseorang kakak kelas yang sedang membawa
setumpuk buku.
“ Maafff… maafkan aku, aku tidak
sengaja.”ucapku gugup sambil membereskan buku yang berserakan di lantai.
“ Tidak perlu minta maaf, aku
juga salah aku tidak melihatmu tadi.”
Aku memberikan buku yang tadi ke kakak kelasku itu, aku menatapnya
tanpa berkedip sekalipun. Dia terlihat sangat tampan, dengan tubuh yang tegap,
kulit putih dan senyuman yang sangat manis itu.
“ Namamu Bela yah?
“ Em, eh ..ohh iya,…kenapa kau
mengenal namaku? “Ucapku salah tingkah.
“ Kau kan populer, memang benar
kata teman-temanku kau memang cantik . Lebih cantik dari yangku bayangkan.”
Tanpa berkata lagi dia pergi
begitu saja meninggalkan ku sendiri yang sedang terbengong mencerna
kata-katanya. Wajahku sekarang pasti sudah merah,semerah tomat karena pujian
kakak kelasku tadi. Aku tak henti-hentinya tersenyum, sampai ke kelaspun aku
masih tersenyum.
“ Ngapain kamu senyum-senyum
sendiri gitu, jangan-jangan kamu lagi jatuh cinta, ya?”
“ Aku hanya mengangguk “ Ani
memang selalu tau isi hatiku.
“ Kamu suka sama siapa?”
“ Nanti deh aku ceritain, Pak
guru udah datang, tuh!!”
Bel tanda istirahat ke dua
berbunyi. Aku langsung menarik tangan Ani keluar kelas dan duduk di koridor
depan kelas.
“ Siapa cowok yang bikin kamu
tergila-gila itu?”
“ Aku enggak tau namanya siapa?”
“ Lah kamu ketemu dia di mana?,
kenapa enggak kamu tanya aja sekalian namanya.”
“ Di perpus tadi, iya aku ingin
tanya namanya tapi dia keburu pergi.”
“ Eh liat-liat, itu yang lagi
main basket itu!!” kataku sambil menunjuk ke salah satu orang yang sedang
bermain basket.
Orang yang di tunjuk malah menenggok ke arahku dan
tersenyum. Sontak aku membalas senyumannya dengan senyum termanis yang aku
bisa.
“Sepertinya dia tau kalo kita
lagi nggomongin dia!!”
‘”Eh kamu tau nggak namanya
siapa?”
“ Ya, tau lah itu kan cowok
paling keren di SMA kita. Namanya Erlangga Pratama Bayu Kusuma. Dia sih sering
dipangil kak Bayu.
“Oh, gitu yah. Makasih yah An.”
Semenjak itu Aku dan kak Bayu
semakindekat. Dia sering nggobrol sama aku. Kadang dia juga curhat tentang
fens-fensnya yang kadang nguber-nguber dia. Aku juga sering curhat sama dia
kalo banyak banget cewe yang ngak suka sama aku karena aku deket sama kak Bayu.
“ Drett..dret..getaran ponselku
pertanda ada SMS masuk.’ Lalu aku membuka SMS itu, ternyata dari kak Bayu.
“ Hari Minggu ini kamu ada acara
enggak Bel”
“ Enggak, kak memang kenapa?”
“ Kamu mau nggak jalan bareng
sama aku?”
“ Em.. Boleh jalan-jalan kemana?.”
“Ke taman buga.”Aku tunggu kamu
di sana ya.”
“ Ok.”
Setelah mandi dan memoles wajahku
dengan bedak tipis, dan pelembab bibir. Aku binggung mau pakai baju yang mana. Aku berpikir Ani
dapat membantuku memilihkan baju, jadi aku menelpon Ani untuk datang ke
rumahku. Tak lama kemudian Ani sampai ke rumahku.
“ Aku pake baju yang mana An?,
yang ini apa yang itu.” Kataku sambil menunjuk baju berwarna merah marun dan
pink muda.
“Kamu lebih cocok pake baju yang
pink. Jadi kamu pake baju yang pink saja.”
“Thank you, An. You are my best
friend.”
Setelah sampai di taman bunga.
Aku mencari kak Bayu. Tapi setelah lama aku berkeliling taman aku tak
menemukanya.tiba-tiba seseorang menutup kepalaku. Aku terkejut dan memberontak.
Tapi setelah aku mendengar suara kak Bayu, untuk menuruti nya aku memgikutinya
saja. Kemudian kak Bayu membuka kain penutup kepalaku. Aku terkejut melihat
pemandangan yang sangat indah. Bunga berwarna warni menghiasi sudut taman yang tersembunyi di balik lorong. Di
sana di gantungkan sebuah tulisan Neila
Bela Puspita maukah kamu jadi pacarku?
Lalu Bayu berjongkok dan menyelipkan sebuah cincin di jari manisku.
“ Bela aku mencintaimu sejak
pertemuan kita di perpus dulu, maukah kau menjadi pacarku??
Tanpa berkata aku mengangguk. Dan
membantu kak Bayu berdiri. Lidahku tercekat tak sanggup berkata-kata. Saat ini
aku sangat bahagia hingga aku meneteskan air mata. Kak Bayu menghapus air
mataku dan memelukku.
Sejak aku berpacaran dengan kak
Bayu. Semua cewe di SMA ku menjadi sangat benci denganku mereka tidak mau lagi
berteman denganku.. Setip aku ingin bergabung dengan mereka, mereka malah pergi
menjauh. Bahkan mereka sering menerorku. Kini teman ku hanya Ani seorang. Dia
adalah teman terbaikku. Aku selalu mencurahkan hatiku stiap ada masalah. Dan
dia selalu memberikan pundaknya di saat aku menangis dan selalu memberiku saran
dan masukan itu membuatku merasa lebih baik.
Seperti hari ini aku mendapatkan
terror lagi.
“ DASAR CEWE GAK
TAU DIRI PUTUSIN BAYU ATAU NGGAK GUE BAKAL NEROR LOH SETIAP HARI, DAN KALO LOH
ENGGAK MAU MUTUSIN BAYU GUE BAKAL NGEBUNUH LOH !!!!! CAMKAN ITU……!!!!!” Ku baca tulisan yang menggunakan tinta merah itu di papan tulis,
aku sangat takut dan berteriak histeris.
“ Hahhhh..aa…..!!!!!”
Ani yang mendengar teriakanku
menenangkanku dan memelukku.
” Sabar ya Bel ini mungkin cobaan
buatmu. Ini pasti perbuatan fens-fens nya Bayu. Mereka selalu membuat mu tidak tenang.”
“Lebih baik kamu turuti perkataan
mereka itu. Kau putuskan saja Bayu. Mungkin dengan begitu mereka takan
menerormu lagi, dan kamu tidak akan merasakan takut setiap hari kaena
teror-teror mereka.”
“ Enggak Ani, untuk alasan apa
aku mutusin Bayu. Bayu baik banget sama aku dan aku enggak mau nyakiti hati
dia.” Sambil melepaskan pelukan Ani.
“ Aku mau ke toileh dulu An. Aku mau
cuci muka buat nenangin fikiranku.”
Setelah aku masuk ke toilet. Dan
kuputar kran aku sangat terkejut karna bukannya air yang ke luar malah darah
segar yang keluar dari kran itu. Aku sangat ketakutan hingga tubuhku terasa
lemas tak berdaya. Aku terduduk lunglai di sudut toilet. Aku membungkam mulutku
dan menangis tanpa suara. Aku berpikir
bahwa terror mereka tidak main-main.
“Apakah mereka benar-benar akan
membunuhku?”
Setelah lama aku duduk terdiam di
sudut toilet. Aku mencoba mengumpulkan tenaga untuk bediri. Dan saat aku akan
membuka pintu toilet untuk keluar. Di situ tertempel kerlas berlumuran darah.
“ TEMUI AKU DI
BELAKANG SEKOLAH SEPULANG SEKOLAH. JANGAN COBA-COBA MEMBERI TAHU TENTANG HAL
INI KEPADA SIAPAPUN ATAU KAU AKAN MATI DENGAN HITUNGAN MENIT.” Ku baca tulisan itu dengan nafas
tersengal-sengal.
Bel pulang sudah berbunyi.
Wajahku sangat pucat. Aku sungguh ketakutan. Mungkinkah ini adalah hari
kematian ku? Tanyaku dalam hati.
“ Eh, Bela mau pulang bareng aku
tidak? , sebentar kenapa wajahmu sangat pucat? Apakah kau baik-baik saja?”
“ Oh tidak aku pulang sendirian
saja, iya aku sedikit tidak enak badan jadi aku sedikit pucat. Kau pulang
duluan saja.’
“ Oh, ya udah kalo begitu, Aku
pulang duluan, sampai jumpa.”
Setelah semua temanku sudah
pulang. Tinggal aku sendiri di sekolah ini dengan langkah gemetar aku menyusuri
koridor sekolah, dan menyusuri lorong yang gelap di belakang sekolah. Tiba-tiba
dari belakang seseorang membukam mulutku dan aku merasakan benda tajanm menempel
di leherku.aku memberontak dan menggit jarinya. Tapi dia malah memperkuat
rengkraman tangannya.
“Jangan berusaha untuk kabur, enggak ada yang bisa nolong loh
sekarang. Gue peringatin loh untuk terakhir kalinya PUTUSIN BAYU ATAU LOH
BAKAL MATI.” Katanya sambil mendorongku ke tembok.
Aku merasa keningku begitu sakit.
Kuraba keningku dan darah segar memenuhi tanganku. Tapi aku sangat mengenal
suara itu,seperti tidak asing lagi di telingaku. Aku berbalik dan menapati
sosok berjubah hitam dengan topeng menutupi wajahnya.
“Siapa loh, kenapa loh nyuruh gue
putusin Bayu. Apa salah gue sampe loh ingin bunuh gue. Kenapa loh neror gue,
kenapa loh ga ingin gue bahagia dan hidup tenang.” Berjuta pertanyaan
berkelebat di fikiranku.
‘”Loh pengin tau gue siapa?”
Perlahan dia membuka topengnya.
Aku sangat terkejut. Pada penglihatan ku akau berpikir ini hanya mimpi. Tapi ini
memang kenyataan. Aku tak mengira dia melakukan ini padaku.
“ A…aaa niii…!!! Kenapa loh
ngelakuin ini sama gue!!!. Gue berfikir kalo loh adalah sahabat baik gue. Tapi
loh ternyata musuh dalam selimut.
“ Kenapa?? loh enggak nyadar loh
ngerebut semuakebahagiaan dari gueh. Loh rebut ibu gue, ibu ninggalin ayah gue dan milih hidup
sama ayah loh yang kaya itu. Andi, loh ngerebut Andi pacar gue saat SMP,loh
dapetin Bayu , sementara gue juga suka sama dia. Loh punya segalanya loh punya
orang tua yang lengkap, harta, dan juga pacar yang selalu nyemangatin loh, loh
cantik, loh baik, loh pinter, loh terkenal,
loh sempurna.Sementara gueh gue gak punya siapa-siapa, gue sebatang
kara, ayah gue meninggal setelah ibu pergi, gue harus susah payah cari uang, kebagian
gue satusatunya Andi loh rebut juga. Gue
gak cantik, gue gak baik, gue gak pinter, dan gue gak terkenal kaya loh, gue
selalu aja di bilang tema baik Bela, tapi mereka ga pernah nganggep gue, yamg di
bicarakan selalu BELA, BELA dan BELA, gue gak sempurna.Sekarang gue cuma minta
Bayu loh juga ga mau putusin dia.”
“ Maafin gue, An, gue gak tau
kalo gue penyebab penderitaan loh.”
“Percuma loh minta maaf gue gak akan maafin loh Sekarang kehidupan
loh akan berakhir.”
Sebuah pisau tepat menusuk
perutku. Tubuhku jatuh ke lantai tak berdaya.Darah segar keluar dari perutku.
Menodai lantai putih yang tak berdosa.
“ Belaaaa!!!!, Bela bangun Bela,
aku gak bisa hidup tanpamu. Teriak Bayu histeris.
“ Kenapa loh bunuh Bela hah
kenapa??”
“ Karena loh udah tau kalo gue
yang bunuh bela.loh juga harus mati.”
Sebuah pisau tepat menusuk
perut Bayu.Tubuhnya jatuh ke lantai tak
berdaya. Ani pergi meninggalkan kami yang sedang kesakitan. Aku coba meronta
untuk menggapai tangan Bayu.
“ Bayu, Aku akan selalu mencintaimu.” Bisiku tirih dengan nafas yang
tersengal-sengal.
“ Walaupun kisah cinta kita
berakhir disini aku yakin Bela. Tuhan akan mempersatukan kita nanti di surga.
“Kata Bayu dihembusan nafas terakhirnya.
Kumpulan Cerpen
Hai kali ini aku mau berbagi cerpen Khusus buat kamu yang lagi galau
MISTERI OMAH KOSONG
Ing
sawijining desa Kecamatan Batu Agung ana desa sing di jenengi Desa Angker. Di
jenengi Desa Angker amarga ing salah siji omah ing desa kuwi ana sing angker.
Akeh wong neng desa kuwi lan wong desa tetangga sing liwat omah kosong mau
mesthi di weruhi demit utawa medhi sing manggoni omah kosong mau. Omah kuwi
angker amarga ora ana sing manggoni maning. Omah mau perek karo omahe Yodi. Tapi
anehe Yodi sing omahe perek karo omah angker mau ora pernah di weruhi apa-apa neng omah kosong kuwi. Yodi duwe
batir 7 arane Rasya, Angga, Imei, Rena, Rizki, Nita karo Amel sing penasaran
kambi misteri omah kosong mau.
Ing
sawijining dina Yodi karo batir-batire lagi neng sekolah lagi pada kumpul
mangan jajan neng kantin mburi sekolah. Amarga kantin mburi sekolah perek kambi
omah kosong sing angker kuwi, Yodi kaget banget amarga weruh lawang mburi ing
omah kosong sing angker kuwi kebukak lan neng jero omah kosong kuwi bersih
banget. Kewalikane karo neng jabane omah kosong kuwi. Saking kagete Yodi weruh
kejadian kuwi, Yodi sing lagi mangan sega goreng banjur keselek lan
watuk-watukan.
“Yodi,
ko kepiwe Di?” takone Rasya karo Riski bareng-bareng.
“
Nyong we..eerr….ruuu…hh..Uhuk..uhuk..”
“
Nginum disit Di nginum.” sarane Angga.
“
Ya Di kiyeh di inum disit.” jare Nita kambi aweh banyu segelas. Imei, Rena, lan
Amel uga merek lan melu ngrubung Yodi.
“
Ana apa jane Di?” takone Rena
“
Heh…deleng kae, ko pada weruh ora? Lawang mburi omah kosong kae ke bukak!!
Njero omah kosong iku bersih banget!!” semaure Yodi mbari nunjuk omah kosong.
“
Owalah…IYA Di!!!” Ujare Rena, Nita, Riski, Rasya, Amel, Angga, lan Imei
bareng-bareng mbari mlongo saking kagete.
“
Deneng bisa ya Di?” takone Riski.
“
Iya sapa sing mbersihi jal?” takone Angga.
“
Apa neng omah kue ana wonge sih?”takone Rasya.
“
Khayal yakin ko Ray arane be umah kosong ya langka wonge lah!!!” jawabe Imei
ngotot.
“Ya
bisa bae koh Mei!!”omonge Amel
“
Khayal yakin ko Mel arane be umah kosong ya langka wonge lah!!!”jawabe Rena
melu- melu Imei.
Yodi
kur bisa gedeg-gedeg ora percaya. Ora let sue bel sing ngo tanda kon
siswa-siswi pada mlebu kelas moni. Yodi karo batir-batire pada mlebu kelas.
Yodi karo batir-batire pada njagong ning panggonane dewek-dewek. Eh…..jebule
jam pelajareane Ibu Enik kosong. Ibu Enik jere ora mulang amarga ana urusan
penting. Dadi Yodi lan batir-batire bisa pada ngrumpi.
“
Eh… batir-batir ko pada penasaran ora sih? Karo misteri omah kosong sing aneh
bin ajaib kae?” takone Yodi maring batir-batire.
“
IYA” jawabe batir-batire Yodi kompak.
“
Aneh banget yah masa omah kosong bisa njerone bersih banget kaya kae?” takone
Yodi maning.
“
Iya, mbok ning njabane tah kotor banget.”
ujare Rasya.
“
Akeh lumute,” ujare Amel.
“
Akeh ramate,” ujare Nita
“
Akeh coretane,” ujare Rena lan Imei bareng-bareng.
“Ayuh
pada mbuktikna apa omah kosong kae ana wonge apa ora? Trus bener akeh demite
apa ora? Masalahe nyong sing umahe perek karo umah kosong kuwi ora pernah di
weruhi apa-apa. Ko dasare pada penarasan
mbok?” takone Yodi.
“
Iya, berarti dewek pada kaya detektif cilik kaya neng TV sing ngungkap misteri
omah kosong? Takone Riski.
“
KEREN” ujare Angga mbari ngedengi jempol.
“
KEREN!!! apane sing keren, aku tah ora melu wegah,…WEDI!!” ujare Rasya mbari
keweden.
“
Lah Rasya kecing nemen.” ujare Amel ngledek.
“
Iya masa kalah karo bocah wadon ?” nyong kambi Rena be wani koh yoh Ren?”
takone Imei.
“
Iya huh lah!!! CEMEN!!!
“
Heh…. Wis-wis melasi Rasya.” Ujare Yodi nengahi. Tapi ko Ray ko kudu melu sebabe
ko duwe batre sing gede mbok? Trus batrene ko sing arep ngo padang-padang
mengko angger maring omah kosong. Pokoke ko kudu melu. Mengko mbok malem Jum’at
Keliwon? kie wektu sing paling apik ngo mbuktikna omah kosong kuwi ana demite
apa ora. Mengko kumpule neng gone nyong jam 10 mbengi.”
“
OKEH ” jawabe batir-batire Yodi kompak, kur Rasya tok sing kayong ora semangat.
Bel
ngo balik wis moni, Yodi karo batir-batire pada bali neng umahe dewek-dewek.
“
Assalamu’alaikum.” omogne Yodi sakwise butul ngumah.
“Wangalaikumsalam.”
jawabe Ibu
“
Ibu mboten kerja ngih? takone Yodi.
“
Iya,gagian ganti klambi trus madhang.”
“
Inggih Bu.”
Sakwise
Yodi madhang Yodi banjur takon maring Ibu soal omah kosong.
“
Bu, kula badhe taken. Angsal napa mboten?”
“
Olih, arep takon apa sih le?”
“
Bu apa rika ngertos asal-usule omah
kosong sing angker kae?”
“
Ngo ngapa toh le takon-takon omah kosong?”
“
Yodi pengin ngertos Bu!”
“
Lah, ora susah ngerti ngo ngapa!!
“
Bu lah critakna , Bu lah….”
“Ya
wis …
10
tahu kepungkur ana pasagan muda-mudi sugih sing manggoni umah iku. Bojone lagi
ngandut, sawijining dina lanange ngaawa wadon liya marang umahe. Banjur lanange
selingkuh karo wadon mau. Bojone weruh lan kesuh marang lanange karo wong wadon
mau. Akhire wong wadon sing lagi ngandut mau mateni lanange karo wadon
selingkuhane. Banjur deweke uga mati bunuh diri. Omah iku banjur kosong langka
sing manggoni. Amarga akeh sing mati neng omah kue, omah kosong iku banjur dadi
angker. Kur kue tok sing ibu ngerti jere eyangmu biyen. Dadi nganti butul siki langka
wong sijia sing gelem mlebu marang omah kosong iku.”
“
Oh..matur suwun Bu ngo penjelasane.”
Wis
jam 10 mbengi tapi batir-batire Yodi urung maring omahe Yodi. Yodi wis nunggoni
kawit mau. Ora let sue ibune Yodi nyeluki Yodi.
“
Yodi…Di…Yodi!! Kaeh ana batirmu.”
“
Inggih , Bu.”
“
Ayuh Di wis siap urung?” takone batir-batire Yodi.”
“
Wis siap kawit mau.”
“
Arep maring ngendi sih Di? takone Ibu Yodi.
“
Badhe dolan, Bu!.”
“
Baline aja kewengen le.”
“
Inggih, Bu.”
Yodi
lan batir-batire banjur lunga maring omah kosong mau. Neng tengah dalan sing arep
maring omah kosong, Yodi nyritakna asal-usul omah kosong sing Yodi ngerti
sekang ibune.
“
Eh… bocah aku mau wis takon ibu asal-usule omah kosong. Saiki aku wis ngerti asal-usule
omah kosong kue bisane dadi angker.” ujare Yodi gawe batir-batire Yodi
penasaran.
“
Critakna Di!! ujare batir-batire Yodi.”
”10
tahu kepungkur ana pasagan muda-mudi sugih sing manggoni umah iku. Bojone lagi
ngandut, sawijining dina lanange ngaawa wadon liya marang umahe. Banjur lanange
selingkuh karo wadon mau. Bojone weruh lan kesuh marang lanange karo wong wadon
mau.Akhire wong wadon sing lagi ngandut mau mateni lanange karo wadon
selingkuhane. Banjur deweke uga mati bunuh diri. Omah iku banjur kosong langka
sing manggoni. Amarga akeh sing mati neng omah kue, omah kosong iku banjur dadi
angker.”
“
Medeni nemen Di, tragis nemen.” omonge Riski.
“
Eh nyong bali baelah.” omonge Rasya sing wis pucet.
“
Eeeehhh…wis tanggung Ray wis arep butul omah kosong.” jawabe Angga
“
Iya, Ray ko wani sih balik dewekan.” tantange Amel
“
Iya….ora wani lah, iya ko pada ngeterna nyong bali disit. Trus maring ngeneh
maning.” ujare Rasya egois.
“
Ya ngedap temen kon bolak-balik kur ngeterna ko tok.” ujare Riski mandan kesuh.
“Iya
miki dongen ora usah melu, angger wis butul njaluk bali tah!! ujare Imei.
“Iya,
Ray kader setan ora bakal mangan ikih, kader karo batir akeh ikih mlebu maring
omah kosonge ora usah wedi.” jawabe Rena.
“
Iya wis lah,” jawabe Rasya pasrah.
Ora
let sue Yodi karo batir-batire wis butul ngarep omah kosong. Hawa neng ngarep
omah kosong iku adem banget, sepi banget lan peteng dedet. Kayane amarga malem
iki malem Jum’at Keliwon mula omah sing nang pereke omah kosong mau wis sepi
banget lan lampu neng omah pereke omah kosong mau wis di pateni kabeh, Kayane wong-wong
sing manggon neng pereke omah kosong iku wis pada turu kabeh utawa wedi mbokan
di weruhi medhi neng omah kosong mau angger ora gagian turu amarga biasane
medhi neng omah kosong mau sering ndongol anger neng malem Jum’at Keliwon. Awale
lampu neng ngarep omah kosong mati tapi bareng Yodi karo batir-batire butul,
lampune dadi mati-murub dewek.
“
Eh…bocah deleng kaeh lampu neng omah kosong deneng mati-murub dewek???” ujare
Nita. Gawe kabeh pada wedi.
“
Paling anu lampune lagi konslet.” omonge Yodi gawe batire pada mari wedi.
“
Heeehhh,…hheeehhh…Ibuuu….Heeehhhh Ibuu…”
“
Suara apa miki? Ko pada krungu ora? takone Imei wis mrinding.
“
Iya, suara bocah cilik lagi nangis,” jawabe Rena. Gawe kabeh batire pada wedi
maning.
“
Iya, nyong be krungu.” jawabe Amel.
“
Kueh, mbok genah omah kosong kie angker. Wis ana buktine. Ayuh pada bali bae.”
ujare Rasya ngajak bali batire.
“
Eh,..aja giti bali. Lamonsih miki suarane bocah sing manggon omah iki.” omonge
Yodi
“
Iya, nyongge esih penasaran koh, angger urung mlebu maring omah iki.” omonge
Angga.
Giti-giti
jendela omah kosong iku kebukak lan nutup dewek.
“
Jebreedd…”
Gawe
kabeh bocah kaget
“
Kie ana apa maning, deneng jendelane mukak nutup dewek?” takone Imei.
“
Iya,….Ayuh gagian mlayu. omonge batir-batire Yodi. Lan pada arep mlayu bali
kabeh kejaba Yodi. Yodi banjur nomong ngaring batir-batire seurunge batire
mlayu bali.
“
Eh,,, mengko batir-batir, aja giti bali. Percuma maring ngeneh ora mbukak
lawange acan. Ayuh pada mbukak lawange disit angger bener ana demite, ya dewek
langsung mlayu.” omonge Yodi teyeng gawe batir-batire kon aja bali disit.”
“
IYA KENALAH.” omonge batir-batire Yodi.
Yodi
karo batir-batire banjur mereki lawang omah kosong mau. Tapi malah pada
jorog-jorogan, langka sing gelem neng ngarep.
“Ko
ngarep Nga lah,” ujare Nita, mbari njorogna Angga maring ngarep lawang omah
kosong.
“
Ya, Riski bae koh,” jawabe Angga, mbari njorogna Riski maring ngarep lawang
omah kosong.
“
Amel bae,” jawabe Riski, mbari njorogna Amel maring ngarep lawang omah kosong.
“
Imei bae,” jawabe Amel, mbari njorogna Imei maring ngarep lawang omah kosong.
“
Rasya bae lah.” Jawabe Imei mbari njorogna Rasya maring ngarep lawang omah
kosong.
“
Hih…emoh aku ge sing paling kecing koh.”
omonge Rasya mbari ngandeng tangane Yodi.
“
Rasya lah ora usah ngandeng tangane nyong. Wis-wis batir-batir aku sing neng
ngarep”. omonge Yodi bijaksana. Yodi banjur mbukak lawang omah kosong
alon-alon.
“
Krekettt..,,…”
Yodi
karo batir-batir pada mlongo sak amban-amban karo pada ndledeg. Rasya malah wis
ngompol. Yodi karo batir-batire arep mlayu sebanter-bantere, tapi malah sikile
kaku lan ora bisa obah amarga banget wedine. Yodi karo batir-batire weruh medi
akeh banget. Ana kakek cangkul, nenek gayung, kunthi lan tuyul. Kabean pada
njerit sak poret-porete.
“
HUUUAAAHHHHH….SE,…SSSEE …TTTAANNNN!!!!!!!!”
Tapi
lampu ning umah kosong banjur murub.Kunti mau merek
“
Tulung….Biyungee… Aaaana KKK…UUU…NNN…TTT….III…” Rasya wis arep semaput kambi nangis. Katoke Rasya wis teles ndeng
ompole dewek.Tapi batir-batire Rasya wis ngerti sing di sangka kunti mau iku
jebule Bu Enik, Mula kabeh pada nguyoni Rasya.
“
Heh, Rasya kie Bu Enik udu kunti.”omonge Bu Enik mbari merek Rasya kon Rasya
ngerti.
“
Hah..Eh ..Oh iya ,” jawabe Rasya kisinen.
Jebule
sing di sangka kunti mau Bu Enik sing nganggo klambi putih lan lagi maskeran,
sing di sangka kakek cangkul kambi nenek gayung jebule eyang kakung lan eyang putrine
Bu Enik, sing di sangka tuyul jebule anake Bu Enik sing esih cilik lan gundul.
“
Wengi-wengi pada maring ngeneh arep ngapa bocah? Ayuh pada mlebu.” omonge Bu
Enik.
“
Bu Enik nyuwun sewu, iki daleme Ibu? Ujare kula lan rencang-rencang kula dalem
niki mboten wonten tiyange lan angker.. Masalahe kula lan rencang-recang kula sampun mriksani lawang
neng wingking dalem niki kebukak wingi lan nang jero dalem niki sing di sangka
kosong bersih sanget. Mula kula lan rencang-rencang kula penasaran. Kula lan
rencang-rencang kula dhateng wonten
dalem niki badhe mestekna dalem
niki wonten tiyange napa mboten lan bener angker napa mboten.” omonge Yodi.
“
Oh..iya iki omahe eyang kakaung karo eyang putrine Ibu. Ko pada ngerti dewek
bisane omah iki di jenengi omah angker amarga wong-wong pada weruh eyang kakung
karo eyang putri sing wis tua. Ujare wong-wong eyang kakung karo eyang putri
iku medhi sing manggoni omah iki. Lan piwe deneng omah iki di jenengi omah
kosong amarga embahe Ibu ora tau metu-metu ngomah dadi wong-wong njenengi omah
iki omah kosong.Tus piwe deneng omah iki kotor banget amarga eyange ibu wis tua
ora bisa mbresihi umah lan resik-resik. Ibu neng kene pindahan anyar dadi ibu
manggon neng kene mbari ngo batir eyang sing wis tua.”
“Oh,..mengonoh
toh benere, sing ngresiki dalem iki
wingi berarti Bu Enik?”
“Iya.”
“
Tapi bu jare ibuku asal-usule omah kosong iki bisane angker iku 10 tahu
kepungkur ana pasagan muda-mudi sugih sing manggoni omah iki. Bojone lagi
ngandut, sawijining dina lanange ngaawa wadon liya marang omahe. Banjur lanange
selingkuh karo wadon mau. Bojone weruh lan kesuh marang lanange karo wong wadon
mau.Akhire wong wadon sing lagi ngandut mau mateni lanange karo wadon
selingkuhane. Banjur deweke uga mati bunuh diri. Omah iku banjur kosong langka
sing manggoni. Amarga akeh sing mati neng omah kue, omah kosong iku banjur dadi
angker. Crita iku jere ibu ngertos saking eyang kula.”
“
Oh, iya crita mau iku kur ngo medeni Ibumu Yodi, kon aja dolan maring umah iki maning
amarga ganu ibumu lagi cilike sering dolan maring ngeneh ora emut wektu. Dadi
Eyangmu crita kaya kue maring ibumu kur ngomedeni ibumu tok. Bu Enik ngerti
Ibumu ganu cilike sering maring ngeneh jere eyange Ibu.”
“
Oh,…kaya kue crita sing benere!!!” omonge Yodi karo batir-batire mbari mangut-manggut wis ngerti.
“
Trus kepripun lampu ing daleme Ibu mati-murub? “Takone Rasya esih penasaran.
“Oh
iku amarga lampune lagi konslet urung di dandani.” jawabe Bu Enik.
“
Trus mau wonten suaran lare sing saweg nangis? Tus jendela ing daleme Ibu
mbukak-nutup dewek.”Takone Rasya esih penasaran.
“
Oh, iku suarane anake ibu miki lagi namgis.” Trus jendelane bisa mbukak-nutup
dewek anu jendelane wis bodol dadi angger ana barat cokan mbukak-nutup dewek.”
omonge Bu Enik.
Kabean
banjur nguyu ngaklak-ngaklak sawise ngerti asal-usul umah kosong sing bener.
Yodi karo batir-batire seneng banget bisa mbukak MISTERI UMAH KOSONG sing
taun-taunan dadi misteri ing desane.
TAMAT
Langganan:
Postingan (Atom)