Tangisan Rindu
Aku
duduk sendiri di ruang tamu. Kulihat awan hitam di balik jendela, pertanda
hujan akan segera turun. Aku tak mengalihkan pandanganku dari jendela. Ku amati
titik-titik air hujan mulai turun dan makin deras. Cahaya kilat di langit hitam
menyambar-nyambar, gemuruh suara petir menggetarkan kaca jendela. Pikiranku
melayang jauh ke masa lalu.
4
tahun lalu
Setibaku di sekolah bersama
ibu,temen-teman reguku sudah datang dengan ibu mereka, dan semuanya menggendong
tas ransel seperti aku.
“ Hai Dely kau sudah siap untuk
berkemah? Dan pergi jauh dari ibumu?”sapaku kepada temanku yang paling manja
itu
“Tentu aku tidak rela berpisah
dengan ibuku, tapi aku harus bagaimana lagi aku tidak bisa menolak.”
Aku tertawa melihat mukanya yang
begitu takut itu. Setelah itu ku lihat di sekeliling sekolahku. Sekolahku
begitu riuh-ramai di penuhi murid-murid yang ingin menyaksikan keberangkatan
kami berkemah. Di depan sekolahku juga dipenuhi dengan berbagai macam peralatan
yang di gunakan untuk berkemah kami. Semua sibuk memasukkan barang- barang
merka dan peralatan yang di gunakan untuk berkemah ke dalam mobil, tak
terkecuali aku juga mengemasi barang-barangku ke mobil.setelah semua siap untuk
berangkat Pembina regu kami menyuruh kami untuk berpamitan dengan orang tua kami
masing-masing.
“Aku berangkat ya bu,” ucapku
menahan air mata yang ingin keluar.
“ Iya, Nak hati-hati jaga dirimu
baik-baik di perkemahan.”
‘ Iya, Bu.”
Ibu lalu mencim keningku dan memelukku.
Rasanya berat sekali meninggalkan ibuku.
“Ayo cepat anak-anak segera naik
ke mobil kita akan segera berangkat.”
Suara pembina reguku membuatku
melepas pelukan ibuku dan naik ke mobil. Di atas mobil yang perlahan melaju
menjauhi sekolah. Aku melambaikan tangan pada ibuku sebagai tanda perpisahan
yang terakhir kalinya. Dan tak terasa air mataku menetes dengan sendirinya.
Setelah sampai di perkemahan kami
semua membangun tenda. Kami berkemah selama 3 hari.
Hari pertama sangat melelahkan
dengan di awali dengan olah raga pagi dan di lanjutkan dengan berbagai macam acara
lainnya, kegiatan baru berakhir jam 11 malam.
Hari kedua sama dengan hari
pertama, sama-sama melelehkan tapi ada hal yang tak bisa terlupakan olehku.
“ Siapa yang akan ikut membuat gapura
di siang ini? “ tanya ketua reguku.
“ Aku ingin ikut.” Jawab semua anggota regu secara kompak dan
semangat, tak terkecuali aku.
“Karena semua ingin ikut, baiklah
kita semua akan membuat gapura bersama. Bukankah kalau suatu pekerjaan yang
berat akan menjadi ringan saat di kerjakan bersama?”
”Ayo berangkat !!!” teriak ketua
reguku dengan semangat.
Akhirnya kami membuat gapura
dengan bersama-sama. Walaupun kami kesulitan membuatnya karena gapura yang kami
buat tidak bisa berdiri dengan tegak. Dan harus mengulangi dari awal kami tetap
semangat. Tetapi karena di perkemahan itu sangat panas aku merasa pusing. Dan
aku tidak sadar lagi semua tersa hitam.
“ Gubrakk…”
“ Eh Anjani kenapa? kok
pingsan???? Temanku terlihat sangat cemas.
“ Ayo kita bawa Anjani ke tenda, cepat-cepat!!! Seru ketua regu
kami.
Setelah sampai di tenda
“ Anjani kenapa?? Pembina reguku
terlihat cemas.
“ Dia tiba-tiba saja pingsan bu.”
“ Ya sudah kalian lanjutkan tugas
kalian saja, biar ibu yang akan mengurus Anjani.
Setelah aku tersadar aku tidak
tau kenapa aku ada di tenda.
“ Ibu, kenapa aku ada di tenda?”
“ Iya tadi kamu pingsan, dan
teman-temanmu membawamu kesini.kau tidak usah ikut kegiatan hari ini. Kau
terlihat kurang sehat, kau lebih baik istirahat saja.”
“ Baik bu.”
Akupun mengikuti perintah pembinaku
untuk tidak ikut kegiatan apapun dan
istirahat saja di tenda. Sore ini hujan deras sekali kilat menyambar-nyambar
,suara petir begitu menggelegar di telingaku. Di sertai angin yang sangat kencang.
Teman ku sedang menbuat dragbar di tengah hujan begini. Tiba-tiba suara ambulans
mengagetkan ku.
“ Itu kenapa ada suara ambulans
di sana? “Aku mengintip dari tenda.
“ Ibu juga tidak tahu, ibu akan
ke luar untuk mencari tahu apa yang
terjadi. Kau di sini saja.”
Cuaca disore ini benar-benar
buruk . cuacanya begitu dingin hingga menembus ketulang. listik semua padam,
benar-benar gelap gulita. Aku sangat ketakutan. Aku menangis di tengah hujan
lebat. Aku rindu pada kedua orang tuaku. aku ingin bertemu dengan mereka. Aku
sangat merindukan mereka di saat-saat seperti ini. Tak lama ibu pembinaku
datang.
“ Anjani, ternyata ambualans tadi
membawa siswa dari sini yang mengalami kecelakaan saat membuat dragbar. Tangannya hampir patah. Katanya darahnya
keluar banyak sekali.”
“ Kenapa itu bisa tejadi ibu.”
“ Katanya dia kesal karena dragbarnya
tidak jadi-jadi, dan karena kesal tidak sengaja ia memotong tangannya sendiri.”
Ini hari ketiga,jadi ini hari
terakhirku di sini tapi bayang-bayang kejadian kemarin masih terngiang-ngiang
dikepalaku. Aku keluar dari tenda untuk mandi. Aku sangat terkejut. Semua
gapura di tenda sekolahku dan sekolah lainya semua roboh dan tenda untuk dapur
sekolah kami pun roboh . pasti ini semua terjadi karena kejadian kemarin.
Hari ketiga ini menurutku sangat
menyenangkan karena harini ada kegiatan mencari jejak, dan pada malam harinya
ada kegiatan api unggun dan pentas seni dari masing-masing sekolah.
Setelah itu aku pulang aku benar
–benar merindukan orang tuaku terutama ibuku.
Aku
terkejut saat ibuku menepuk pundak ku dan aku tersadar dari dunia lamunanku itu.
“
Sedang apa kamu sedirian di sini?”
Tampa
menjawab pertanyaannya aku langsung memeluk ibuku dan menangis di pundaknya. Ibuku
terlihat bingung dengan apa yang aku lakukan.
Musuh Dalam Selimut
Ku dengar kicauan burung
bersaut-sautan. Mentari pagi masuk melalui celah-celah jendela, menyilaukan
mataku yang masih terpejam ini. Hari ini
adalah hari pertamaku masuk ke SMA N 1 Nusa Bangsa. Sekolah yang aku
idam-idamkan sejak SMP. Aku segera bergegas mandi, aku tidak ingin datang
terlambat di hari pertama sekolah.
Bela adalah nama panggilanku, Neila
Bela Puspita adalah nama panjangku. Mataku sipit tubuhku tinggi dengan kulit
putih bersih. Mungkin karena itu aku disukai banyak cowo di SMP. Ku tatap
bayanganku di cermin dengan balutan seragam putih abu-abu seragam khas anak
SMA. Aku tersenyum melihat bayangan ku di cermin, tak terasa aku telah tumbuh
dewasa dan sekarang adalah hari pertama
aku masuk SMA.
“ Bu, aku berangkat dulu” sembari
mencium tangan ibuku.
“ Hati- hati di jalan nak.” Ucapnya
lembut walau dia bukan ibu kandungku.
Setibaku di sekolah, aku langsung
menuju ke kelas ku. Aku mencoba berkenalan dengan tema-teman baru sekelasku
yang sudah terlebih dahulu sampai di sekolah.Tiba-tiba pundaku di tepuk oleh
seseorang, sontak aku terkejut dan menengok ke belakang.
“ Ani!!!, kamu sekolah di sini
juga??”
“Iya, dan kita sekelas lagi.”
“ Aku seneng bisa sama kamu lagi.”
Kemudian kami larut dalam obrolan
panjang yang mengasikan. Aku dan Ani adalah teman akrab. Aku maupun Ani sudah
tau sifat kami masing-masing. Karena Ani adalah teman baikku waktu SMP.
Bel tanda istirahat berbunyi.
Tema-temanku berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ke perpus, dan ada
juga yang ke toilet.
“ An, aku mau ke perpus ikut
enggak?”
“ Enggak ah, aku mau ke kantin,
laper banget soalnya.”
“Oh, ya udah aku sendirian aja.”
Setelah sampai di depan perpus
karena aku terburu-buru, aku menabrak seseorang kakak kelas yang sedang membawa
setumpuk buku.
“ Maafff… maafkan aku, aku tidak
sengaja.”ucapku gugup sambil membereskan buku yang berserakan di lantai.
“ Tidak perlu minta maaf, aku
juga salah aku tidak melihatmu tadi.”
Aku memberikan buku yang tadi ke kakak kelasku itu, aku menatapnya
tanpa berkedip sekalipun. Dia terlihat sangat tampan, dengan tubuh yang tegap,
kulit putih dan senyuman yang sangat manis itu.
“ Namamu Bela yah?
“ Em, eh ..ohh iya,…kenapa kau
mengenal namaku? “Ucapku salah tingkah.
“ Kau kan populer, memang benar
kata teman-temanku kau memang cantik . Lebih cantik dari yangku bayangkan.”
Tanpa berkata lagi dia pergi
begitu saja meninggalkan ku sendiri yang sedang terbengong mencerna
kata-katanya. Wajahku sekarang pasti sudah merah,semerah tomat karena pujian
kakak kelasku tadi. Aku tak henti-hentinya tersenyum, sampai ke kelaspun aku
masih tersenyum.
“ Ngapain kamu senyum-senyum
sendiri gitu, jangan-jangan kamu lagi jatuh cinta, ya?”
“ Aku hanya mengangguk “ Ani
memang selalu tau isi hatiku.
“ Kamu suka sama siapa?”
“ Nanti deh aku ceritain, Pak
guru udah datang, tuh!!”
Bel tanda istirahat ke dua
berbunyi. Aku langsung menarik tangan Ani keluar kelas dan duduk di koridor
depan kelas.
“ Siapa cowok yang bikin kamu
tergila-gila itu?”
“ Aku enggak tau namanya siapa?”
“ Lah kamu ketemu dia di mana?,
kenapa enggak kamu tanya aja sekalian namanya.”
“ Di perpus tadi, iya aku ingin
tanya namanya tapi dia keburu pergi.”
“ Eh liat-liat, itu yang lagi
main basket itu!!” kataku sambil menunjuk ke salah satu orang yang sedang
bermain basket.
Orang yang di tunjuk malah menenggok ke arahku dan
tersenyum. Sontak aku membalas senyumannya dengan senyum termanis yang aku
bisa.
“Sepertinya dia tau kalo kita
lagi nggomongin dia!!”
‘”Eh kamu tau nggak namanya
siapa?”
“ Ya, tau lah itu kan cowok
paling keren di SMA kita. Namanya Erlangga Pratama Bayu Kusuma. Dia sih sering
dipangil kak Bayu.
“Oh, gitu yah. Makasih yah An.”
Semenjak itu Aku dan kak Bayu
semakindekat. Dia sering nggobrol sama aku. Kadang dia juga curhat tentang
fens-fensnya yang kadang nguber-nguber dia. Aku juga sering curhat sama dia
kalo banyak banget cewe yang ngak suka sama aku karena aku deket sama kak Bayu.
“ Drett..dret..getaran ponselku
pertanda ada SMS masuk.’ Lalu aku membuka SMS itu, ternyata dari kak Bayu.
“ Hari Minggu ini kamu ada acara
enggak Bel”
“ Enggak, kak memang kenapa?”
“ Kamu mau nggak jalan bareng
sama aku?”
“ Em.. Boleh jalan-jalan kemana?.”
“Ke taman buga.”Aku tunggu kamu
di sana ya.”
“ Ok.”
Setelah mandi dan memoles wajahku
dengan bedak tipis, dan pelembab bibir. Aku binggung mau pakai baju yang mana. Aku berpikir Ani
dapat membantuku memilihkan baju, jadi aku menelpon Ani untuk datang ke
rumahku. Tak lama kemudian Ani sampai ke rumahku.
“ Aku pake baju yang mana An?,
yang ini apa yang itu.” Kataku sambil menunjuk baju berwarna merah marun dan
pink muda.
“Kamu lebih cocok pake baju yang
pink. Jadi kamu pake baju yang pink saja.”
“Thank you, An. You are my best
friend.”
Setelah sampai di taman bunga.
Aku mencari kak Bayu. Tapi setelah lama aku berkeliling taman aku tak
menemukanya.tiba-tiba seseorang menutup kepalaku. Aku terkejut dan memberontak.
Tapi setelah aku mendengar suara kak Bayu, untuk menuruti nya aku memgikutinya
saja. Kemudian kak Bayu membuka kain penutup kepalaku. Aku terkejut melihat
pemandangan yang sangat indah. Bunga berwarna warni menghiasi sudut taman yang tersembunyi di balik lorong. Di
sana di gantungkan sebuah tulisan Neila
Bela Puspita maukah kamu jadi pacarku?
Lalu Bayu berjongkok dan menyelipkan sebuah cincin di jari manisku.
“ Bela aku mencintaimu sejak
pertemuan kita di perpus dulu, maukah kau menjadi pacarku??
Tanpa berkata aku mengangguk. Dan
membantu kak Bayu berdiri. Lidahku tercekat tak sanggup berkata-kata. Saat ini
aku sangat bahagia hingga aku meneteskan air mata. Kak Bayu menghapus air
mataku dan memelukku.
Sejak aku berpacaran dengan kak
Bayu. Semua cewe di SMA ku menjadi sangat benci denganku mereka tidak mau lagi
berteman denganku.. Setip aku ingin bergabung dengan mereka, mereka malah pergi
menjauh. Bahkan mereka sering menerorku. Kini teman ku hanya Ani seorang. Dia
adalah teman terbaikku. Aku selalu mencurahkan hatiku stiap ada masalah. Dan
dia selalu memberikan pundaknya di saat aku menangis dan selalu memberiku saran
dan masukan itu membuatku merasa lebih baik.
Seperti hari ini aku mendapatkan
terror lagi.
“ DASAR CEWE GAK
TAU DIRI PUTUSIN BAYU ATAU NGGAK GUE BAKAL NEROR LOH SETIAP HARI, DAN KALO LOH
ENGGAK MAU MUTUSIN BAYU GUE BAKAL NGEBUNUH LOH !!!!! CAMKAN ITU……!!!!!” Ku baca tulisan yang menggunakan tinta merah itu di papan tulis,
aku sangat takut dan berteriak histeris.
“ Hahhhh..aa…..!!!!!”
Ani yang mendengar teriakanku
menenangkanku dan memelukku.
” Sabar ya Bel ini mungkin cobaan
buatmu. Ini pasti perbuatan fens-fens nya Bayu. Mereka selalu membuat mu tidak tenang.”
“Lebih baik kamu turuti perkataan
mereka itu. Kau putuskan saja Bayu. Mungkin dengan begitu mereka takan
menerormu lagi, dan kamu tidak akan merasakan takut setiap hari kaena
teror-teror mereka.”
“ Enggak Ani, untuk alasan apa
aku mutusin Bayu. Bayu baik banget sama aku dan aku enggak mau nyakiti hati
dia.” Sambil melepaskan pelukan Ani.
“ Aku mau ke toileh dulu An. Aku mau
cuci muka buat nenangin fikiranku.”
Setelah aku masuk ke toilet. Dan
kuputar kran aku sangat terkejut karna bukannya air yang ke luar malah darah
segar yang keluar dari kran itu. Aku sangat ketakutan hingga tubuhku terasa
lemas tak berdaya. Aku terduduk lunglai di sudut toilet. Aku membungkam mulutku
dan menangis tanpa suara. Aku berpikir
bahwa terror mereka tidak main-main.
“Apakah mereka benar-benar akan
membunuhku?”
Setelah lama aku duduk terdiam di
sudut toilet. Aku mencoba mengumpulkan tenaga untuk bediri. Dan saat aku akan
membuka pintu toilet untuk keluar. Di situ tertempel kerlas berlumuran darah.
“ TEMUI AKU DI
BELAKANG SEKOLAH SEPULANG SEKOLAH. JANGAN COBA-COBA MEMBERI TAHU TENTANG HAL
INI KEPADA SIAPAPUN ATAU KAU AKAN MATI DENGAN HITUNGAN MENIT.” Ku baca tulisan itu dengan nafas
tersengal-sengal.
Bel pulang sudah berbunyi.
Wajahku sangat pucat. Aku sungguh ketakutan. Mungkinkah ini adalah hari
kematian ku? Tanyaku dalam hati.
“ Eh, Bela mau pulang bareng aku
tidak? , sebentar kenapa wajahmu sangat pucat? Apakah kau baik-baik saja?”
“ Oh tidak aku pulang sendirian
saja, iya aku sedikit tidak enak badan jadi aku sedikit pucat. Kau pulang
duluan saja.’
“ Oh, ya udah kalo begitu, Aku
pulang duluan, sampai jumpa.”
Setelah semua temanku sudah
pulang. Tinggal aku sendiri di sekolah ini dengan langkah gemetar aku menyusuri
koridor sekolah, dan menyusuri lorong yang gelap di belakang sekolah. Tiba-tiba
dari belakang seseorang membukam mulutku dan aku merasakan benda tajanm menempel
di leherku.aku memberontak dan menggit jarinya. Tapi dia malah memperkuat
rengkraman tangannya.
“Jangan berusaha untuk kabur, enggak ada yang bisa nolong loh
sekarang. Gue peringatin loh untuk terakhir kalinya PUTUSIN BAYU ATAU LOH
BAKAL MATI.” Katanya sambil mendorongku ke tembok.
Aku merasa keningku begitu sakit.
Kuraba keningku dan darah segar memenuhi tanganku. Tapi aku sangat mengenal
suara itu,seperti tidak asing lagi di telingaku. Aku berbalik dan menapati
sosok berjubah hitam dengan topeng menutupi wajahnya.
“Siapa loh, kenapa loh nyuruh gue
putusin Bayu. Apa salah gue sampe loh ingin bunuh gue. Kenapa loh neror gue,
kenapa loh ga ingin gue bahagia dan hidup tenang.” Berjuta pertanyaan
berkelebat di fikiranku.
‘”Loh pengin tau gue siapa?”
Perlahan dia membuka topengnya.
Aku sangat terkejut. Pada penglihatan ku akau berpikir ini hanya mimpi. Tapi ini
memang kenyataan. Aku tak mengira dia melakukan ini padaku.
“ A…aaa niii…!!! Kenapa loh
ngelakuin ini sama gue!!!. Gue berfikir kalo loh adalah sahabat baik gue. Tapi
loh ternyata musuh dalam selimut.
“ Kenapa?? loh enggak nyadar loh
ngerebut semuakebahagiaan dari gueh. Loh rebut ibu gue, ibu ninggalin ayah gue dan milih hidup
sama ayah loh yang kaya itu. Andi, loh ngerebut Andi pacar gue saat SMP,loh
dapetin Bayu , sementara gue juga suka sama dia. Loh punya segalanya loh punya
orang tua yang lengkap, harta, dan juga pacar yang selalu nyemangatin loh, loh
cantik, loh baik, loh pinter, loh terkenal,
loh sempurna.Sementara gueh gue gak punya siapa-siapa, gue sebatang
kara, ayah gue meninggal setelah ibu pergi, gue harus susah payah cari uang, kebagian
gue satusatunya Andi loh rebut juga. Gue
gak cantik, gue gak baik, gue gak pinter, dan gue gak terkenal kaya loh, gue
selalu aja di bilang tema baik Bela, tapi mereka ga pernah nganggep gue, yamg di
bicarakan selalu BELA, BELA dan BELA, gue gak sempurna.Sekarang gue cuma minta
Bayu loh juga ga mau putusin dia.”
“ Maafin gue, An, gue gak tau
kalo gue penyebab penderitaan loh.”
“Percuma loh minta maaf gue gak akan maafin loh Sekarang kehidupan
loh akan berakhir.”
Sebuah pisau tepat menusuk
perutku. Tubuhku jatuh ke lantai tak berdaya.Darah segar keluar dari perutku.
Menodai lantai putih yang tak berdosa.
“ Belaaaa!!!!, Bela bangun Bela,
aku gak bisa hidup tanpamu. Teriak Bayu histeris.
“ Kenapa loh bunuh Bela hah
kenapa??”
“ Karena loh udah tau kalo gue
yang bunuh bela.loh juga harus mati.”
Sebuah pisau tepat menusuk
perut Bayu.Tubuhnya jatuh ke lantai tak
berdaya. Ani pergi meninggalkan kami yang sedang kesakitan. Aku coba meronta
untuk menggapai tangan Bayu.
“ Bayu, Aku akan selalu mencintaimu.” Bisiku tirih dengan nafas yang
tersengal-sengal.
“ Walaupun kisah cinta kita
berakhir disini aku yakin Bela. Tuhan akan mempersatukan kita nanti di surga.
“Kata Bayu dihembusan nafas terakhirnya.
0 komentar:
Posting Komentar